top of page

Jangan Menulis Apapun Dariku KECUALI AL- QUR'AN


Ini telah dokumentasi dalam Kitab Muslim, Ahmed dan sumber-sumber Kitab Hadis lain bahwa Rasulullah SAW, telah melarang penulisan hadits-nya. Bukti historis mendukung fakta ini, karena kata-kata dan tindakan (Hadis & Sunnah) dinisbahkan pada Nabi belum muncul hingga abad kedua setelah meninggal nya beliau. 


Al-Quran Surah Al-An'am 112-116 telah menjelaskan kemungkinan terjadinya pemalsuan/ penciptaan Hadis dan Sunah oleh musuh-musuh Nabi:


يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ إِن جَآءَكُمْ فَاسِقٌۢ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوٓا۟ أَن تُصِيبُوا۟ قَوْمًۢا بِجَهَٰلَةٍ فَتُصْبِحُوا۟ عَلَىٰ مَا فَعَلْتُمْ نَٰدِمِينَ 



"Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap Nabi itu musuh, yaitu syaitan-syaitan (dari jenis) manusia dan (dari jenis) jin, sebahagian mereka membisikkan kepada sebahagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia). Jika Tuhanmu menghendaki, niscaya mereka tidak mengerjakannya, maka tinggalkanlah mereka dan apa yang mereka ada-adakan".(QS Al-An'am:112)


Mengambil Ibroh dari ayat di atas, maka Al-Quran mengajarkan kepada kita bahwa hal itu adalah kehendak Allah sehingga memungkinkan adanya penciptaan Hadis dan Sunnah yang akan berguna sebagai kriteria untuk mengungkapkan orang-orang yang hanya percaya di ucapan mereka, bukan isi hati mereka. Mereka yang tertarik pada Hadis dan Sunnah membuktikan ketidakbenaran iman mereka :



وَلِتَصۡغٰٓى اِلَيۡهِ اَفۡـِٕدَةُ الَّذِيۡنَ لَا يُؤۡمِنُوۡنَ بِالۡاٰخِرَةِ وَلِيَرۡضَوۡهُ وَلِيَقۡتَرِفُوۡا مَا هُمۡ مُّقۡتَرِفُوۡنَ

“Dan (juga) agar hati kecil orang-orang yang tidak beriman kepada kehidupan akhirat cenderung kepada bisikan itu, mereka merasa senang kepadanya dan supaya mereka mengerjakan apa yang mereka (syaitan) kerjakan. (QS. Al-An'am : 113)


Segera setelah kata-kata Al-Quran ini Allah memerintahkan kita untuk mengikuti Al-Quran SAJA, yang Allah gambarkan sebagai “sepenuhnya rinci” sebagai SATU-SATUNYA sumber hukum:

اَفَغَيۡرَ اللّٰهِ اَبۡتَغِىۡ حَكَمًا وَّهُوَ الَّذِىۡۤ اَنۡزَلَ اِلَيۡكُمُ الۡـكِتٰبَ مُفَصَّلاً‌ ؕ وَالَّذِيۡنَ اٰتَيۡنٰهُمُ الۡـكِتٰبَ يَعۡلَمُوۡنَ اَنَّهٗ مُنَزَّلٌ مِّنۡ رَّبِّكَ بِالۡحَـقِّ‌ فَلَا تَكُوۡنَنَّ مِنَ الۡمُمۡتَرِيۡنَ

“Pantaskah aku mencari hakim selain Allah, padahal Dialah yang menurunkan Kitab 

(Al-Qur'an) kepadamu secara rinci? Orang-orang yang telah Kami beri kitab mengetahui benar bahwa (Al-Qur'an) itu diturunkan dari Tuhanmu dengan benar. Maka janganlah kamu termasuk orang-orang yang ragu. 

(QS. An'am : 114)


وَتَمَّتۡ كَلِمَتُ رَبِّكَ صِدۡقًا وَّعَدۡلاً  ؕ لَا مُبَدِّلَ لِكَلِمٰتِهٖ‌ ۚ وَهُوَ السَّمِيۡعُ الۡعَلِيۡمُ

"Dan telah sempurnalah Kalimat Tuhanmu (Al-Quran, meliputi hukum-hukum dan janji-janjiNya) dengan benar dan adil; tiada sesiapa yang dapat mengubah sesuatupun dari Kalimat-kalimat NYA; dan Dia sentiasa Mendengar, lagi sentiasa Maha Mengetahui" 

(QS. An'am : 115)


Kitab Hadis melaporkan bahwa Rasulullah SAW memerintahkan untuk TIDAK menulis apa pun darinya kecuali Al-Quran!


Ditunjukkan di bawah ini dua Hadis tersebut yang diambil dari sumber hadits yang paling dapat diandalkan, yaitu Sahih Muslim dan Is-haah Ahmad Ibn Hanbal:


(Rasulullah SAW berkata, “Jangan menulis apapun dariku kecuali Al Qur’an.” [Ahmad, Vol. 1, halaman 171, dan Sahih Muslim]


Hadis ini menyatakan bahwa Rasulullah SAW mempertahankan larangannya hingga beliau meninggal. [Ahmed, Vol. 1, hal. 192]


(1)   Ibn Saeed Al-Khudry melaporkan bahwa Rasul Allah telah berkata,


“Jangan menulis apapun dariku KECUALI AL-QURAN. Siapa saja yang menulis sesuatu selain Al-Quran harus menghapusnya.”


Berikut adalah peristiwa sejarah yang terjadi sekitar 30 tahun setelah Rasulullah SAW meninggal yang menunjukkan bahwa Nabi tidak pernah membatalkan perintah untuk tidak menulis dari mulut beliau SELAIN Quran.  Namun demikian dalam kitab-kitab hadits terdapat beberapa hadis-hadis palsu yang oleh para ahli Hadis yang sama dianggap sangat lemah, yang mencoba untuk menunjukkan bahwa Rasulullah telah mengubah larangannya tentang menulis hadits.  Para pembaca hadits semestinya tahu, bahwa kejadian berikut terjadi sekitar 30 tahun setelah Rasulullah SAW wafat, yang dengan sendirinya akan menyimpulkan bahwa Rasulullah SAW sebenarnya tidak pernah memberikan otorisasi penulisan hadits sejak beliau mengatakan kepada para pengikutnya untuk tidak menulis selain Al-Quran ..


(2) Dari Ibnu Hanbal;


Zaid bin Tsabit (yang paling dekat penulis wahyu dengan Nabi) mengunjungi Khalifa Mu’aawiyah (lebih dari 30 tahun setelah wafatnya Rasulullah), dan menceritakan sebuah kisah tentang Nabi. Mu’aawiyah menyukai cerita tersebut dan memerintahkan seseorang untuk menuliskannya. Tapi kata Zaid. “Rosul Allah memerintahkan kita untuk tidak pernah menulis apapun dari hadis-nya,”


(3) Buku terkenal, “Ulum Al-Hadits” karangan Ibn al-Salah, melaporkan sebuah hadis dari Abu Hurairah di mana Abu Hurairah mengatakan bahwa Utusan Allah datang kepada kami ketika kami menulis hadis-hadisnya dan berkata; “Apa yang Anda tulis? ” Kami berkata, “Hadis yang kami dengar dari Anda, wahai Utusan Allah.” Dia berkata, “Sebuah kitab selain Kitab Allah?!” Kami berkata, “Haruskah kami menceritakan tentang Anda?” Dia berkata, Ceritakanlah tentang aku, hal itu mungkin akan merupakan kebaikan, tetapi orang-orang yang berbohong akan pergi ke neraka. Abu Hurairah berkata, kami kumpulkan apa yang kami tulis tentang Hadis dan membakarnya kedalam api.


(4) Dalam buku yang terkenal, “Taq-yeed Al-Ilm oleh Al-Khateeb Al-Baghdady“, Abu Hurairah berkata, utusan Allah diberitahu bahwa ada orang yang menulis hadits. Dia mengambil ke mimbar masjid dan berkata, “Apa ini buku yang saya dengar Anda tulis? Saya hanya seorang manusia. Siapapun yang memiliki tulisan-tulisan ini pun harus bawa kemari. Abu Hurairah berkata bahwa kami mengumpulkan semua ini dan dibakar mereka dalam api.


(5) Ibn Hanbal dalam kitab Musnad, meriwayatkan sebuah hadis di mana Abdullah bin Umar berkata, “Utusan Allah suatu hari datang kepada kami seolah-olah ia akan segera meninggalkan kami dan berkata,” Ketika saya pergi meninggalkan kamu (mati), berpeganglah pada Kitab Allah, haramkan apa yang diharamkan dan halalkan apa yang halal”


Beliau tidak pernah menyebutkan tentang Sunnah dalam hadis-hadis di atas..


(6) Sekali lagi, dalam buku “Taq-yeed Al-Ilm”, Abu Saeed Al-Khudry berkata, “Aku meminta ijin kepada Utusan Allah untuk menulis hadis-hadis, tetapi ia menolak untuk memberikan izin.”


(7) Haji perpisahan Nabi adalah tonggak dalam sejarah Islam. Khotbah terakhir yang diberikan oleh Nabi selama haji ini disaksikan oleh ribuan umat Islam. Namun ada TIGA versi khotbah dalam kitab-kitab Hadis. Ini dengan sendirinya mencerminkan tingkat kecurangan dari kitab-kitab Hadis ini padahal adalah banyak yang menyaksikan pidato dari Nabi Muhammad:


1. Versi pertama, “saya meninggalkan kepada kamu semua, apa yang jika kamu pegang teguh, kamu tidak akan sesat, (yaitu) Kitab Allah dan Keluargaku. (Muslim 44 / 4, No. 2408; Ibn Hanbal 4 / 366; Darimi 23 / 1, no. 3319.


Hadits di atas adalah versi yang sering diungkapkan oleh Muslim Syiah.


2. Versi kedua, “Aku meninggalkan kepada kamu semua, apa yang jika kamu pegang teguh, kamu tidak akan sesat, (yaitu) Kitab Allah dan Sunnahku”. (Muwaththa, 46 / 3 )


Redaksi di atas adalah versi yang sering diungkapkan oleh Muslim Sunni.


3. Versi ketiga, ” Aku meninggalkan kepada kamu semua, apa yang jika kamu pegang teguh, kamu tidak akan sesat, (yaitu) KITAB ALLAH.” (Muslim 15/19, No. 1218; Ibnu Majah 25/84, No. 3074; Abu Dawud 11/56 No.1905).


Dan HANYA kitab Allah (Al-Qur'an). Versi yang ini jarang dikutip oleh Muslim Sunni dan Syiah. HANYA versi inilah yang sesuai dengan pernyataan berulang-ulang dalam Al-Qur’an bahwa ajaran Rasulullah HANYA AL-QURAN. Banyak Muslim Sunni dan Muslim Syiah yang tidak tahu bahwa versi ini ada di khotbah tersebut. Pada kenyataannya, mereka tidak ingin tahu, kebenaran memang menyakitkan, tetapi ketahuilah bahwa api neraka jauh lebih menyakitkan.


Sejarah pendokumentasian hadits


Penulisan dan dokumentasi Sunah merupakan sesuatu yang menarik dan merupakan bagian penting dari sejarah Islam kita. Dalam semua rinciannya, pembaca sejarah dapat menemukan semua indikasi bahwa Allah mengizinkan terjadinya pemalsuan dari apa yang disebut Hadits dan Sunnah Nabi Muhammad sebagaimana Dia mengatakan kepada kita pada ayat 6:112-113.


Allah SWT berulang kali mengatakan dalam Quran bahwa Kitab-Nya, adalah lengkap, sempurna dan sepenuhnya terperinci, lihat 6:19, 38, 114, 115; 50:45, 12:111, dan jika Dia menghendaki tentu Dia dapat memberi kita ratusan Kitab, bukan hanya satu Al-QURAN, lihat ayat 18: 109 dan 31:27. Allah tahu bahwa Al-Quran sudah cukup, dan bahwa mereka yang tidak merasa cukup dengan AL-Quran akan melakukan “mem-berhalakan“ orang-orang seperti Bukhari, Muslim, Ahmed dan lain-lain sebagai pesaing Allah dalam menetapkan hukum-hukum untuk addiin yang besar dan sempurna ini, lihat ayat 9:36,12:40, 30:43.


Hadis dan Khalifah Rashidiin


Keempat Khalifah Rashidiin yang pernah memerintah Muslimin setelah wafatnya Rasulullah SAW, tetap menghormati perintah Rasulullah SAW dan melarang menulis dan mengkoleksi hadis-hadis. Mereka percaya kepada Allah dalam Kitab-Nya dan menerima perintah Rasulullah SAW.


Abu Bakr pada suatu ketika tidak begitu yakin apakah tetap menjaga apa yang ia ketahui dari hadits-hadits atau tidak. Dia telah mengumpulkan 500 Hadits selama persahabatan yang sangat panjang dengan Rasulullah SAW, tetapi dia tidak bisa tidur sampai akhirnya beliau membakar hadits-hadits tersebut.


Umar Ibn Al-Khattab bersikeras untuk memusnahkan Hadits yang dikumpulkan oleh putranya Abdullah. Sejarah Islam menyebutkan kisah Umar Ibn Al-Khattab yang menahan empat dari sahabat Nabi karena desakan mereka untuk menceritakan Hadits, mereka ini adalah Ibnu Mas’oud, Abu al-Dardaa, Abu Mas’oud Al-Anssary dan Abu Dzarr Al-Ghaffary. Umar menyebut Abu Hurairah sebagai pembohong dan mengancam untuk mengirimnya kembali ke Yaman jika dia tidak berhenti mengatakan semua kebohongan tentang Rasulullah SAW. Dia lalu berhenti hingga Umar meninggal, kemudian mulai lagi menceritakan hadits.


Umar Ibn Al-Khattab pernah memerintahkan para Sahabat untuk pulang dan datang kembali dengan koleksi hadits mereka. Kemudian seluruh tumpukan tersebut dibakar. (Tabaqat Ibnu Sa’ad vol 5 hal. 140)


Ali bin Abu Thalib, Khalifa keempat, dalam salah satu pidatonya berkata, “Saya mendesak semua orang yang telah menulis sesuatu yang diambil dari Utusan Allah untuk pulang dan menghapusnya. Orang-orang sebelum kamu dihapuskan karena mereka mengikuti Hadits dari ulama mereka dan meninggalkan Kitabullah mereka. ” (Mukhtasar Jaame’ Bayan-il-‘Ilm hal. 33)


Khalifa Umar bin Abdul Aziz, yang mengawali


Abu Hurairah meriwayatkan hadits lebih dari pada orang lain termasuk Abu Bakr, Umar, Ali, dan Aysha yang tinggal bersama Nabi sepanjang hidup mereka. Dalam waktu kurang dari dua tahun bersama Rasulullah, Abu Hurairah mampu meriwayatkan hadits lebih dari pada semua sahabat Nabi bila dikumpulkan.


Dia meriwayatkan hadits sebanyak 5.374. Ibn Hanbal mencatat 3.848 Hadits darinya di dalam bukunya. Khalifah Terpimpin, Al-Khulafaa Al-Rashedun, yang memerintah Ummah Muslim setelah wafatnya Rasulullah SAW tetap menghormati keinginan Rasulullah untuk tidak menulis apa pun KECUALI Al-Quran dan mencela setiap upaya penulisan Hadits dan Sunnah.  Komitmen mereka diikuti selama dua abad pertama setelah wafatnya Nabi. Seiring dengan berjalannya waktu, kebohongan-kebohongan tentang Rasulullah SAW tersebar luas dan orang-orang meninggalkan/ mengabaikan Al-Quran dan mencari Hadits, yaitu ketika Khalifa Umar bin Abdul-Aziz mengeluarkan perintah untuk mengizinkan penulisan Hadits dan Sunnah dengan berpikir bahwa hal tersebut akan dapat mengakhiri kebohongan tentang Rasulullah SAW.


Namun demikian, pelan namun pasti, sejak saat itulah Islam bergeser dari Diin Allah, Al-Quran, kepada Diin Hadits dan Sunnah yang awalnya dilarang oleh Allah dan Nabi-Nya. Segala puji bagi Allah, Dia tetap menjaga dan melindungi agama-Nya SEMPURNA, Islam dalam kitab-Nya bahwa Dia sebut debagai Hadits TERBAIK (Ahsanal Hadits).


INFO TAMBAHAN:


1. Ada  indikasi larangan menulis hadits pada zaman Nabi:

حَدَّثَنَا هَدَّابُ بْنُ خَالِدٍ الْأَزْدِيُّ حَدَّثَنَا هَمَّامٌ عَنْ زَيْدِ بْنِ أَسْلَمَ عَنْ عَطَاءِ بْنِ يَسَارٍ عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ

أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا تَكْتُبُوا عَنِّي وَمَنْ كَتَبَ عَنِّي غَيْرَ الْقُرْآنِ 

فَلْيَمْحُهُ وَحَدِّثُوا عَنِّي وَلَا حَرَجَ وَمَنْ كَذَبَ عَلَيَّ قَالَ هَمَّامٌ أَحْسِبُهُ قَالَ مُتَعَمِّدًا فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنْ النَّارِ


Telah menceritakan kepada kami [Haddab bin Khalid Al Azdi] telah menceritakan kepada kami [Hammam] dari [Zaid bin Aslam] dari [Atho` bin Yasar] dari [Abu Sa’id Al Khudri] Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam bersabda: “Janganlah kalian menulis dariku, barangsiapa menulis dariku selain Al-Qur’an hendaklah dihapus, dan ceritakanlah dariku dan tidak ada dosa. Barangsiapa berdusta atas (nama) ku -Hammam berkata: Aku kira ia (Zaid) berkata: dengan sengaja, maka henkdaklah menyiapkan tempatnya dari neraka.” [Muslim no 5326]


حَدَّثَنَا شُعَيْبُ بْنُ حَرْبٍ قَالَ أَخْبَرَنَا هَمَّامٌ قَالَ أَخْبَرَنَا زَيْدُ بْنُ أَسْلَمَ عَنْ عَطَاءِ بْنِ يَسَارٍ  عَنْ أَبِي سَعِيدٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا تَكْتُبُوا عَنِّي شَيْئًا فَمَنْ كَتَبَ عَنِّي شَيْئًا فَلْيَمْحُهُ

Telah menceritakan kepada kami [Syu’aib bin Harb] berkata; telah mengabarkan kepada kami [Hammam] berkata; telah mengabarkan kepada kami [Zaid bin Aslam] dari [‘Atho` bin Yasar] dari [Abu Sa’id] berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Janganlah kalian menulis sesuatu pun dariku, maka barangsiapa menulis sesuatu dariku hendaknya ia menghapusnya.” [Musnad Ahmad no 10665]


حَدَّثَنَا يَزِيدُ أَخْبَرَنَا هَمَّامُ بْنُ يَحْيَى عَنْ زَيْدِ بْنِ أَسْلَمَ عَنْ عَطَاءِ بْنِ يَسَارٍ عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ قَالَ

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا تَكْتُبُوا عَنِّي شَيْئًا إِلَّا الْقُرْآنَ فَمَنْ كَتَبَ عَنِّي شَيْئًا غَيْرَ الْقُرْآنِ فَلْيَمْحُهُ

Telah menceritakan kepada kami [Yazid] berkata; Telah mengabarkan kepada kami [Hammam bin Yahya] dari [Zaid bin Aslam] dari [‘Atho` bin Yasar] dari [Abu Sa’id Al Khudri] ia berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Janganlah kalian menulis sesuatupun dariku kecuali Al Qu`ran, barangsiapa menulis dariku sesuatu selain Al Qur`an maka hendaknya ia menghapusnya.” [Musnad Ahmad no 10731]


حَدَّثَنَا أَبُو عُبَيْدَةَ حَدَّثَنَا هَمَّامُ بْنُ يَحْيَى عَنْ زَيْدِ بْنِ أَسْلَمَ عَنْ عَطَاءِ بْنِ يَسَارٍ عَنْ أَبِي  سَعِيدٍ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا تَكْتُبُوا عَنِّي شَيْئًا إِلَّا الْقُرْآنَ فَمَنْ كَتَبَ عَنِّي شَيْئًا  فَلْيَمْحُهُ

Telah menceritakan kepada kami [Abu Ubaidah] berkata; telah menceritakan kepada kami [Hammam bin Yahya] dari [Zaid bin Aslam] dari [‘Atho` bin Yasar] dari [Abu Sa’id] Bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Janganlah kalian menulis sesuatupun dariku kecuali Al Qur`an, maka barangsiapa menulis sesuatu dariku hendaklah ia menghapusnya.” [Musnad Ahmad no 10916]

حَدَّثَنَا عَفَّانُ حَدَّثَنَا هَمَّامٌ أَخْبَرَنَا زَيْدُ بْنُ أَسْلَمَ عَنْ عَطَاءِ بْنِ يَسَارٍ عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ

عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا تَكْتُبُوا عَنِّي شَيْئًا غَيْرَ الْقُرْآنِ فَمَنْ كَتَبَ عَنِّي شَيْئًا غَيْرَ الْقُرْآنِ فَلْيَمْحُهُ


Telah menceritakan kepada kami [‘Affan] berkata; telah menceritakan kepada kami [Hammam] berkata; telah mengabarkan kepada kami [Zaid bin Aslam] dari [‘Atho` bin Yasar] dari [Abu Sa’id Al Khudri] dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda: “Janganlah kalian menulis sesuatupun dariku selain Al Qur`an, maka barangsiapa menulis sesuatu dariku selain Al Qur`an hendaknya ia hapus.” [Musnad Ahmad no 11110]


حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ أَخْبَرَنَا هَمَّامُ بْنُ يَحْيَى عَنْ زَيْدِ بْنِ أَسْلَمَ عَنْ عَطَاءِ بْنِ يَسَارٍ عَنْ أَبِي سَعِيدٍ قَالَ

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا تَكْتُبُوا عَنِّي شَيْئًا سِوَى الْقُرْآنِ وَمَنْ كَتَبَ شَيْئًا  سِوَى الْقُرْآنِ فَلْيَمْحُهُ

Telah menceritakan kepada kami [Isma’il] berkata; telah mengabarkan kepada kami [Hammam bin Yahya] dari [Zaid bin Aslam] dari [‘Atho` bin Yasar] dari [Abu Sa’id] ia berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Janganlah kalian menulis dariku sesuatu selain al qu`ran, maka barangsiapa menulis sesuatu selain al qu`ran hendaklah ia menghapusnya.” [Ahmad no 10663]


أَخْبَرَنَا يَزِيدُ بْنُ هَارُونَ أَخْبَرَنَا هَمَّامٌ عَنْ زَيْدِ بْنِ أَسْلَمَ عَنْ عَطَاءِ بْنِ يَسَارٍ عَنْ أَبِي 

سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا تَكْتُبُوا عَنِّي شَيْئًا إِلَّا الْقُرْآنَ فَمَنْ كَتَبَ عَنِّي شَيْئًا غَيْرَ الْقُرْآنِ فَلْيَمْحُهُ

Telah mengabarkan kepada kami [Yazid bin Harun] telah mengabarkan kepada kami [Hammam] dari [Zaid bin `Aslam] dari [‘Atha` bin Yasar] dari [Abu Sa’id Al Khudri]: Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda: “Janganlah kalian menulis sesuatu apapun dariku kecuali Al Qur`an, barangsiapa yang menulis sesuatu dariku selain Al Qur`an, hendaklah ia menghapusnya”. [Sunan Darimi no 451]


2. Ada indikasi Shohabat tetap mentaati larangan tersebut:


أَخْبَرَنَا يَزِيدُ أَخْبَرَنَا الْعَوَّامُ عَنْ إِبْرَاهِيمَ التَّيْمِيِّ قَالَ بَلَغَ ابْنَ مَسْعُودٍ أَنَّ عِنْدَ نَاسٍ كِتَابًا  يُعْجَبُونَ بِهِ فَلَمْ يَزَلْ بِهِمْ حَتَّى أَتَوْهُ بِهِ فَمَحَاهُ ثُمَّ قَالَ إِنَّمَا هَلَكَ أَهْلُ الْكِتَابِ قَبْلَكُمْ أَنَّهُمْ أَقْبَلُوا عَلَى كُتُبِ عُلَمَائِهِمْ وَتَرَكُوا كِتَابَ رَبِّهِمْ

Telah mengabarkan kepada kami [Yazid] telah mengabarkan kepada kami [Al ‘Awwam] dari [Ibrahim At Taimi] ia berkata: ” [Telah sampai kabar] kepada [Ibnu Mas’ud] sebagian orang mengagumi sebuah kitab, kondisinya tetap demikian hingga Ibnu Mas’ud mendapati kitab tersebut dan menghapusnya, kemudian ia berkata: ‘Rusaknya Ahlul Kitab (orang-orang Yahudi dan Nashrani) sebelum kalian adalah karena mereka mengagumi kitab-kitab ulama mereka dan mereka tinggalkan kitab Tuhan mereka’ “. [Sunan Darimi no 469]


3.  Hingga zaman Mu’awiyah ada indikasi shohabat masih mentaati larangan tersebut


حَدَّثَنَا أَبُو أَحْمَدَ حَدَّثَنَا كَثِيرُ بْنُ زَيْدٍ عَنْ عَبْدِ الْمُطَّلِبِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ دَخَلَ زَيْدُ بْنُ ثَابِتٍ عَلَى مُعَاوِيَةَ فَحَدَّثَهُ حَدِيثًا فَأَمَرَ إِنْسَانًا أَنْ يَكْتُبَ فَقَالَ زَيْدٌ إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَهَى أَنْ نَكْتُبَ شَيْئًا مِنْ حَدِيثِهِ فَمَحَاهُ


Telah menceritakan kepada kami [Abu Ahmad] telah menceritakan kepada kami [Katsir bin Zaid] dari [Abdul Muthalib bin Abdullah] berkata, ” [Zaid bin Tsabit] menemui Mu’awiyah dan membacakan sebuah hadits, sementara Mu’awiyah menyuruh manusia untuk menuliskannya. Zaid berkata, ‘Sungguh Rasulullah Shallalahu ‘Alaihi Wasallam melarang kami untuk menulis haditsnya’, lalu ia pun menghapus tulisan tersebut.” [Musnad Ahmad no 20597]


حَدَّثَنَا أَبُو أَحْمَدَ حَدَّثَنَا كَثِيرُ بْنُ زَيْدٍ عَنْ عَبْدِ الْمُطَّلِبِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ دَخَلَ زَيْدُ بْنُ ثَابِتٍ عَلَى مُعَاوِيَةَ فَحَدَّثَهُ حَدِيثًا فَأَمَرَ إِنْسَانًا أَنْ يَكْتُبَ فَقَالَ زَيْدٌ إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَهَى أَنْ نَكْتُبَ شَيْئًا مِنْ حَدِيثِهِ فَمَحَاهُ

Telah menceritakan kepada kami [Abu Ahmad] telah menceritakan kepada kami [Katsir bin Zaid] dari [Abdul Muthalib bin Abdullah] berkata, ” [Zaid bin Tsabit] menemui Mu’awiyah dan membacakan sebuah hadits, sementara Mu’awiyah menyuruh manusia untuk menuliskannya. Zaid berkata, ‘Sungguh Rasulullah Shallalahu ‘Alaihi Wasallam melarang kami untuk menulis haditsnya’, lalu ia pun menghapus tulisan tersebut.” [Ahmad no 20597]


حَدَّثَنَا نَصْرُ بْنُ عَلِيٍّ أَخْبَرَنَا أَبُو أَحْمَدَ حَدَّثَنَا كَثِيرُ بْنُ زَيْدٍ عَنْ الْمُطَّلِبِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ حَنْطَبٍ قَالَ دَخَلَ زَيْدُ بْنُ ثَابِتٍ عَلَى مُعَاوِيَةَ فَسَأَلَهُ عَنْ حَدِيثٍ فَأَمَرَ إِنْسَانًا يَكْتُبُهُ فَقَالَ لَهُ زَيْدٌ إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَمَرَنَا أَنْ لَا نَكْتُبَ شَيْئًا مِنْ حَدِيثِهِ فَمَحَاهُ


Telah menceritakan kepada kami [Nashr bin Ali] telah mengabarkan kepada kami [Abu Ahmad] telah menceritakan kepada kami [Katsir bin Zaid] dari [Al Muththalib bin Abdullah bin Hanthab] ia berkata, ” [Zaid bin Tsabit] datang menemui Mu’awiyah dan bertanya kepadanya tentang suatu hadits, dan ia memerintahkan seseorang agar menulisnya. Zaid lalu berkata kepadanya,


“Sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memerintahkan kami agar tidak menulis apapun dari hadits beliau.” Maka Mu’awiyah pun menghapusnya kembali.” [Abu daud no 3162]


Sekian dulu pembahasan kita kali ini. sekian terimakasih




Comments


Post: Blog2_Post
bottom of page