SEJARAH KEBENARAN DAN KEBOHONGAN
- Dia jufry
- Jun 17, 2020
- 2 min read
Updated: Jun 29, 2020
Pada abad ke-19, menurut sebuah legenda, Kebenaran bertemu Kebohongan.
Ini hari yang luar biasa,” kata Kebohongan kepada Kebenaran. Kebenaran melihat ke langit, dan mendesah.
Hari ini memang benar-benar indah, kata Kebenaran kepada dirinya sendiri. Cahaya matahari membilas wajahnya.
Berkilauan. Mereka menghabiskan waktu bersama-sama, hingga akhirnya tiba di sebuah sumur.
Air itu sangat bagus. Mari kita mandi bersama-sama, kata Kebohongan kepada Kebenaran.
Kebenaran tampak curiga. Ia sekali lagi memastikan air dan sumur tersebut. Kepalanya mendongak ke bawah sumur.
Tampak air yang jernih kehijauan.
Sungguh bagus, kata Kebenaran masih kepada dirinya sendiri.
Saat itulah, tanpa 1-2-3, Kebohongan loncat setelah menanggalkan seluruh pakaian yang menempel di tubuhnya.
Byuuuurr.
Kebenaran mengikuti Kebohongan. Meloncat ke dasar sumur. Selang beberapa saat, Kebohongan kembali ke permukaan sumur meninggalkan Kebenaran yang masih di dasar.
Kebohongan lekas memakai pakaian Kebenaran dan kabur. Kebenaran marah ketika menyadari apa yang baru saja terjadi.
Lalu Kebenaran keluar dari sumur dan mencari Kebohongan yang mencuri pakaiannya. Kebenaran mencari Kebohongan tanpa busana. Telanjang.
Sejak saat itu, dunia melihat Kebenaran telanjang dengan tampak wajah yang marah dan rasa penghinaan. Hari, minggu, bulan dan tahun—bergerak amat cepat, dan Kebenaran masih telanjang mencari pakaiannya yang dicuri Kebohongan.
Akhirnya, dengan penuh sesal dan entah apa yang harus diperbuat, Kebenaran mengasingkan diri kembali ke sumur bersembunyi di dalamnya.
Kebenaran menanggung rasa malu.
Sejak itu pula, Kebohongan berjalan-jalan di atas dunia dengan pakaian Kebenaran dan menemui banyak orang, dari satu generasi ke generasi lainnya.
Sehingga semua orang puas. Akhirnya kita menyebut Kebohongan sebagai kebenaran dan melupakan Kebenaran yang sejati.
Kita tidak lagi ingat bahwa yang disebut Kebenaran ialah Kebohongan yang memakai pakaian Kebenaran. Kasihan Kebenaran. Sendirian. Mungkin sebagian dari kita telah melupakannya.
Benar itu ketika kita memilih mengikuti kebenaran bukan kebiasaan. So, biasakan diri sejak dini memilih sesuatu yang benar. Bukan membenarkan sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan. Karena sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan belum tentu benar. - Dia jufry
Salam,
Comments